Berawal dari ngobrol sante di warung deket kampus. Aku seolah terhipnotis dengan obrolan seputar kejahatan yang semakin bermacam-macam jenis dan metodenya. Ya. Khususnya di Kota Beriman Kebumen. Kota yang dipenuhi asma-asma Allah di setiap jalannya.
Kota yang memberikan air minum gratis. Kota memberikan tong sampah gratis. Kota yang Bupatinya tersandung kasus gratifikasi namun masih belum mengundurkan diri, membuat pandangan masyarakat jadi sinis.
Kota Surga pluraslisme (Kebumen) tidak kalah sama populernya dengan kota metropolitan sekaliber Jakarta, Surabaya maupun yang lainnya. Apa yang tidak kalah dari kota-kota tersebut ?.
Jenis dan model kejahatan yang dilakukan. Seorang bapak penjual mendoan warung sebelah kampus berujar, “saiki kejahatan arep model apa baen kui ana, awake dewek kudu ati-ati”. Ujaran tersebut memang bukan tanpa dasar, dibuktikan dengan kejahatan yang telah terjadi beberapa waktu lalu ; pengganjalan ATM misalnya.
Terungkapnya prostitusi di pasar yang ada di Kebumen, menunjukan betapa kontrasnya slogan beriman yang dipunyai kebumen dengan realitas-realitas yang menggejala selama ini.
Kasus selanjutnya adalah meninggalnya anak MTS yang dikeroyok di Wadaslintang (Wonosobo). Pelaku yang masih seumur jagung sudah mempunyai motiv untuk menghabisi ?. Apakah ini bukan pesatnya kemajuan ?.
Kasus paling genting adalah tervonisnya Bupati (sumber Media Online). (Maaf) Bukankah ini kejahatan ?. Kurang elok memang jika menisbatkan kejahatan kepada seorang pemimpin, namun realitas berkata seperti itu, harus bagaimana lagi ?.
Kejahatan dari jenis dan model paling ringan sampai berat ada di kota Beriman ini. Entah bagaimanakah sebenarnya proses pendidikan yang diterima oleh manusia Kebumen sehinga muncul sifat yang kurang baik seperti ini. Kurikulum, Guru, ataukah sistem yang dibangun oleh Sekolah/pemerintah yang masih kurang tepat ?.
Tahun lalu, Kota Beriman juga menjadi Kabupaten dengan rengking kemiskinan paling parah. Sebenarnya apa yang terjadi pada sistem yang dibangun ?. Adakah celah yang membuat masyarakat Kota Kebumen kemudian memperoleh rangking tersebut.
Menurut Marx, sumber utama kesejahteraan masyarakat adalah roda ekonomi. Pantas saja, kejahatan dengan beberapa jenis dan model kemudian muncul karena masyarakatnya tidak sejahtera. Kemiskinan yang menjadi momok menakutkan membuat ide penjahat berkembang dan memunculkan keberagaman tehnik kejahatan yang baru.
“Mendoane adem nko mas, di pangan disit lah”, kata Penjual mendoan. Sebelum ku makan, aku mengajukan pertanyaan kepada bapak penjual, “ada tehnik makan mendoan baru gak pak ?”. Sepontan saja si Bapak menjawab, “Ada. Diputar, dijilat, dibuang”. Plakk…
Source:
https://pppmiijokosangkrip.wordpress.com/2018/02/01/obrolan-warung-sebelah-kampus/
Post a Comment