Pengantar
Manusia merupakan mahluk berintelektual (berakal). Manusia yang matang atau dewasa adalah manusia yang memiliki komponen kecerdasan intelektual yang matang dimana saling berkelindan dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang. Sedangkan, intelektual adalah salah satu potensi yang dimiliki manusia merupakan keistimewaan yang dapat mengangkat derajat dirinya dibanding dengan makhluk-makhluk lain.
Keistimewaan ini sering digambarkan dalam sebuah kalimat 'manusia adalah hewan yang berakal' dimana artinya keistimewaan itulah yang membedakan dirinya dengan hewan atau seringkali juga dalam Al-Qur'an disinggung dengan istilah 'afala ta'qilun', 'afala tatafakkarun' yang menyindir manusia untuk mendayagunakan akal secara maksimal supaya bisa memahami kekuasaan Tuhan.
Kata akal sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu al-‘aql, dari bentukan kata ‘aqala – ya’qilu – ‘aqalan, yang bermakna fahima wa tadabbara atau faham/memahami dan menghayati/merenungkan dengan dalam. Akal merupakan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.
Dalam mendayagunakan akal atau memaksimalkan intelektual manusia seringkali sangat berkaitan erat dengan proses baca dan tulis menulis. Membaca digunakan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan sehingga bisa diolah akal (intelektual) sehingga bisa menjadi produk pengetahuan (ilmu) yang lebih matang dan komperhensif.
Sedangkan tulis menulis merupakan proses atau upaya merealisasikan (menuangkan) ide ide yang berasal dari proses akal (intelektual). Selain makna tersebut, menulis juga bagian dari tugas dan tanggungjawab manusia dalam rangka merawat peradaban. Dalam hal ini, Pramodya Anantatoer pernah mengungkapkan jika 'menulis adalah pekerjaan untuk keabadian'.
Menulis sudah dimulai semenjak dahulu kala, bahkan Tuhan menciptakan pena terlebih dahulu untuk menuliskan segala takdir yang akan diberikan kepada manusia. Selain itu, menulis juga budaya yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh besar seperti misalnya, Al Ghazali, Soekarno, Gus Dur dan lain sebagainya.
Sedmentara itu, mahasiswa sebagai agen perubahan sekaligus manusia terpelajar (pelajar yang memiliki status paling tinggi) sangat berkaitan erat dengan kegiatan pendayagunaan akal dan tulis menulis. Mahasiswa dituntut untuk bisa berpikir ilmiah yaitu berpikir analitis sekaligus memiliki prinsip-prinsip ilmiah yang kuat yaitu objektif, rasional, logis, metodologis serta sistematis.
Kegiatan tersebut di atas juga tidak bisa dilepaskan dengan tulis-menulis. Hal ini kemudian yang menyebabkan kenapa mahasiswa harus menulis dan memiliki karya tulis baik yang berbentuk ilmiah maupun non ilmiah. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh mahasiswa dalam bidang karya tulis adalah pembuatan makalah, penelitian, jurnal, laporan, skripsi, tesis hingga desertasi.
Peradaban Teks : Tekstualisasi Konteks dan Kontekstualisasi Teks
Lazim kita tahu bahwa perubahan dan peradanan dunia dimulai dari teks, dari karya para leluhur, para ilmuwan. Tak tanggung-tanggung, menurut Achamd Dhofier Zuhri, Tuhan dan iman sekalipun hadir dan memperkenalkan diri kepada umat manusia sebagai teks, baik teks sebagai tulisan, maupun teks sebagai pengalaman spiritual.
Apapun itu, perjumpaan dengan teks adalah perjumpaan yang merubah dunia dan pandangan jagad seseorang hingga sekian generasi. Sehingga, mengabaikan teks berarti merencanakan kemunduran peradaban.
Peradaban yang dibentuk oleh teks juga diakui keyakinannya oleh Nasr Muhammad Abu Zyd. Dia adalah tokoh intelektual yang gencar melakukan dekonstruksi terhadap khazaha tradisi Islam. Setidaknya, menurut Nasr Muhammad Abu Zyd, peradaban Islam dibentuk secara langsung dan tidak langsung oleh teks dalam Islam, baik Al-Qur'an, Hadis maupun Tafsir-Tafsir.
Dalam hal ini penting kiranya bagi mahasiswa untuk menggeluti dan menceburkan diri dalam dunia teks dan segala yang meliputinya, termasuk tulis menulis. Hal ini untuk menjaga keorisinalitasan (merawat) peradaban sekaligus untuk mentransformasikan segala entitas untuk peradaban yang lebih maju dan beradab.
Ketergantungan peradaban dan kelangsungan hidup manusia juga tergantung pada teks atau dunia tulis menulis. Mahasiswa dalam hal ini dituntut untuk bisa 'mengkontekstualisasikan teks (dengan cara mendiskusikan, memaparkan, mempersentasikan, mendialektikakan) dan sekaligus tekstualisasi konteks (dengan cara menulis ke dalam bentuk karya tulis supaya gagasan dan ide bisa tersusun dengan rapi).
***
Post a Comment