Menemukan Mutiara di Lautan yang Dalam



Oleh:  Khasbi

Seperti ungkapan Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia, bahwa 'untuk mendapatkan mutiara kita harus menyelami dalamnya lautan'. Ungkapan ini menarik jika bisa dipahami lebih jauh dari sekedar makna kulitnya saja.

Setiap kehidupan memiliki banyak entitas, segmentasi, episode dan hal-hal yang membuat kita menjadi lebih dewasa. Tetapi terkadang orang memang tidak bisa lepas dengan keadaan. Banyak orang yang justru terjebak dalam masalahnya sendiri.

Orang mungkin jarang pernah berpikir bahwa kehidupan dunia hanya terdiri dari masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sebuah dimensi yang bisa membuat orang berbolak-balik arah tujuan.

Berbolak-balik arah tujuan itu hal yang wajar. Sebelum dewasa, mungkin tujuan hidup kita menjadi orang yang sukses dengan berbagai macam profesi seperti misalnya pilot, dokter hingga guru. Namun, hal itu mulai berubah ketika kita mulai masuk ke dalam sebuah realitas baru yang diisi oleh orang-orang dewasa.

Hal inilah yang kemudian menjadikan entitas waktu (masa lalu, masa kini, masa depan) menjadi penting untuk dipahami oleh seseorang. Kita tidak bisa terus-terusan menjadikan tujuan masa lalu menjadi tujuan di masa depan. Kita harus berpikir jika masa depan lebih rumit dibanding masa lalu dan sekarang.

Setidaknya dengan berpikir seperti ini, orang akan lebih menyiapkan diri dengan segala potensi yang hadir di masa depan. Bahwa, sekalipun seorang saudagar kaya tuan tanah di masa lalu bisa berubah menjadi miskin, lemah dan tak berdaya.

Bahkan, jika melihat perkembangan mutakhir, sudah banyak muncul hal-hal baru yang tidak bisa dicapai oleh orang-orang dengan 'kriteria cerdas' di masa lalu. Ada perbedaan, pembaharuan dan kekonsistenan maupun  ketidakkonsistenan yang selalu muncul di dunia masa depan.

Ir. Soekarno sebagai tokoh pemikir dan penggagas Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki cara pandang yang bagus dalam melihat masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Bapak Orator ini juga pandai dalam melihat situasi di masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Misalnya ungkapan yang intinya 'perjuangan bangsa Indonesia lebih berat karena melawan bangsa sendiri' merupakan titik pandangan bahwa bangsa Indonesia masih perlu terus banyak belajar supaya bisa lebih berkualitas dan siap untuk maju.

Lalu, bagiamana dengan ungkapan 'untuk mendapatkan mutiara kita harus menyelami dalamnya lautan' itu? Ungkapan ini jelas mengandung maksud komperhensif.

Mutiara Tak Sembarang Orang Punya

Orang seperti Ir. Soekarno memiliki pandangan yang komperhensif terhadap ruang dan waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan) tentu saja karena memiliki latar belakang yang pelik dan kompleks. 

Bahkan, jika kita tahu, Ir Soekarno tak hanya mendapatkan pengetahuan yang berasal dari Islam itu sendiri, ia belajar dari banyak pengetahuan lain seperti Marxisme, Sosialisme hingga ilmu kejawen yang dimiliki keluarga besarnya.

Contoh lain yang berhasil melihat dimensi ruang dan waktu secara komperhensif yaitu Gus Dur. Ia juga sama dengan Ir. Soekarno yang mendapat pengetahuan dari berbagai sumber. 

Di umur yang belia, Gus Dur sudah khatam Das Kapital yang ditulis Marx dan diselesaikan oleh Frederick Angel. Lebih istimewa, Gus Dur juga belajar Islam yang berangkat dari kultur pesantren dengan berbagai khazanah intelektualnya.

Gus Dur bahkan dijustifikasi sebagai tokoh yang "lenuwih" karena kemampuannya dalam memprediksi masa depan. Lebih dari itu, Gus Dur juga banyak menyandang gelar kemanusiaan, gelar kesetaraan dan banyak hal lainnya.

Namun, esensi yang sebenarnya hendak saya sampaikan adalah soal proses. Soal bagaimana kedua tokoh ini, atau tokoh lain yang belum tersebut di sini, menemukan mutiara di lautan yang dalam.

Bahwa hari ini, banyak orang yang mengenyampingkan proses dan mencari hasil yang bersifat instan. Di mana manusia tidak begitu menjadi maksimal dan berisi. 

Banyak manusia menjadi, dalam istilah Cak Nun, manusia yang hanya bisa memakan suplemen-suplemen. Atau dalam bahasa saya (jika boleh menyebut) adalah manusia kosong.

Proses memang membutuhkan waktu. Setiap orang wajib melewati itu. Sebut saja sekarang "pemimpin" yang banyak melalui proses dengan "pemimpin" yang ujug-ujug "jadi" hanya akan menyusahkan anggotanya atau bahkan masyarakat.

Mutiara yang bagus memang terletak di dalamnya lautan. Ia tersembunyi dan dijaga oleh alam. Tak sembarang orang bisa mengambil dan memiliknya.

Semoga kita semua bisa merasakan.

Post a Comment

Previous Post Next Post