Asumsi Dasar Soal Gaya Hidup

 


Banyak cara untuk hidup, dari yang hanya model sederhana, sampai dengan model hidup yang begitu kompleks. Banyak orang berbondong-bondong memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai untuk satu hari ke depan, satu minggu ke depan, satu bulan ke depan sampai satu tahun ke depan. 

Dalam proses memenuhi kebutuhan inilah, model atau cara hidup mempengaruhi hampir 90% lebih. Kendati manusia tidak semuanya terpengaruh, model hidup masih menjadi asumsi dasar untuk menempatkan suatu masyarakat pada kelas sosial tertentu.

Kelas sosial adalah sebuah pembedaan status sosial dalam kehidupan masyarakat. Kelas sosial selalu memiliki perbedaan yang khas seperti misalnya kelas bawah dicirikan dengan kekumuhan, kotor dan miskin sementara kelas atas sebaliknya. Tentu semua itu makin terlihat ketika suatu kondisi sosial tertentu diamati dengan seksama, terutama dai daerah perkotaan.

Persoalan yang timbul sekarang adalah, apakah model hidup itu merupakan pemberian dari Tuhan atau bukan, natural atau kontruksi masyarakat. Hal inilah yang perlu dikaji lebih mendalam dengan harapan; bahwa kita tahu model, cara, dan gaya hidup itu berasal. 

Sehingga, setelah kita tahu, kita tidak terjebak pada pengetahuan yang sudah ada dan berkembang di masyarakat. Bahakan, jika saya boleh berasumsi dalam hal ini, kaum terpelajar belum ada yang membahas soal ini.

Model hidup adalah tata cara hidup seseorang dalam sebuah komunitas masyarakat. Model hidup dikaitkan juga dengan cara hidup dan gaya hidup. Model hidup apa yang kemudian menjadi dasar bagi masyarakat untuk mengembangkan gaya hidup mereka. Tentu model hidup adalah dasar dari semuanya.

Dengan keterkaitan itu, semakin jelas bahwa model hidup merupakan seperangkat aktivitas manusia secara khas dalam menghadapi proses perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.

Nah, model hidup ini sangat jelas terkait dengan kondisi lingkungan. Misalnya, jika ada manusia berada di suatu komunitas masyarakat muslim, hampir bisa dipastikan model hidupnya akan mirip-mirip dengan masyarakat muslim yang ada di tempat itu.

Model hidup selanjutnya adalah sangat dipengaruhi oleh alur dan gelombang ekonomi yang sedang bergerak. Manusia, atau bahkan masyarakat akan tunduk pada ekonomi. Ekonomi menjadi basis untuk melakukan kerja sosial di dalam suatu komunitas masyarakat. 

Sehingga jelaslah kemudian bahwa model hidup atau tata cara hidup akan mengimbangi kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan juga mengimbangi arus dan gelombang ekonomi yang sedang bergerak.

Setelah kita tahu bahwa model hidup atau cara hidup sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gelombang ekonomi, pengaruh selanjutnya datang dari sisi politik yang ada di dalam masyarakat. 

Politik ini mampu mengarahkan dan mendikte keinginan-keinginan dan hasrat untuk hidup, yang nantinya mewujud pada model hidup. Sisi politik ini sangat kentara jika dilihat dari; kebijakan yang dibuat.

Sampai di sini, sudah mulai nampak kejelasan bahwa model sosial dibentuk oleh kontraksi masyarakat. Artinya adalah model hidup atau tata cara sosial tidak bersifat suci, namun nisbi.

Sampai di sini juga kita paham bahwa masyarakat yang mengunggul-unggulkan seseorang karena model hidup dan gaya hidupnya adalah sebuah sikap yang kurang tepat. Hal ini membuat kecemburuan sosial yang tak terelakkan di masyarakat. 

Masyarakat seharusnya tidak perlu menyulut api dalam sekam untuk lebih membarakan penindasan model hirarki sosial. Persamaan atau egalitarian seharusnya menjadi prinsip dalam bermasyarakat untuk memperindah dan mengharmoniskan kehidupan.

Perlu di pahami, model hidup dapat dibagi menjadi dua: model hidup foya-foya (konsumerisme, hedonisme dan lainnya) dan model hidup sederhana (tidak bermewah-mewahan, membenci foya-foya dan bersyukur dengan keadaan/minimalism).

Ada satu lagi yang terlupa, model hidup seksisme. Seksisme adalah merendahkan, menganggap remeh dan menyudutkan orang. Mungkinkah kalian termasuk barisan seksisme yang absolut?

Wallahu alam bissowab.

Ditulis di Kebumen pada 30 Mei 2019.

Post a Comment

Previous Post Next Post