Oleh: Muhammad Khasbi M.
PMII ibarat mesin yang selalu bekerja menggerakkan perubahan di setiap lini masanya. Namun layaknya mesin, komponennya perlu perawatan. PMII butuh tune up untuk merefresh komponen-komponennya dengan cara refleksi.
Refleksi adalah hal yang wajib bagi PMII IAINU Kebumen. Sebab dalam perjalanan sejarahnya, PMII IAINU Kebumen telah mengalami benturan-benturan yang kian hari, membuat kronis komponen dan gerakannya.
Kecemerlangan PMII IAINU Kebumen sudah meredup, tidak sejembrang dulu. Kadernya tumpul dalam ilmu pengetahuan, mentalitas menurun, kesolidan mulai pudar dengan sendirinya. PMII IAINU Kebumen tengah mati suri.
Lalu apa solusi solutif untuk kejubelan itu? Seperti yang saya kemukakan di atas, refleksi. Jika dalam beberapa waktu ke depan PMII IAINU Kebumen tidak melakukan jurus itu, maka tesisnya adalah PMII IAINU Kebumen akan terkubur oleh peradaban.
Lalu kapan waktu yang tepat untuk refleksi? Sekarang atau besok? Jawabannya jelas: sekarang. Menunda refleksi sama dengan menunda perbaikan, padahal realitas di lapangan menunjukkan bahwa organisasi ini tengah berada di titik nadir. Tidak ada waktu untuk bersantai apalagi berandai-andai.
Refleksi bagi PMII bukan hanya soal menoleh ke belakang, tetapi juga menyiapkan peta jalan ke depan. Ini adalah momentum untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit organisasi seperti apatisme kader, minimnya kajian, lemahnya militansi, dan lemahnya penguasaan teknologi serta komunikasi di era digital. Seperti kata Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1970), "refleksi tanpa aksi hanyalah verbalitas, sementara aksi tanpa refleksi adalah aktivisme tanpa arah."
PMII IAINU Kebumen harus kembali menjadi laboratorium kader yang tidak hanya menghasilkan aktivis yang loyal, tetapi juga intelektual yang kritis. Dibutuhkan keberanian untuk melakukan autokritik. Budaya saling menjaga perasaan atau ewuh pakewuh tidak bisa lagi menjadi alasan untuk menghindari evaluasi menyeluruh terhadap manajemen organisasi, sistem kaderisasi, dan strategi gerakan.
Kader-kader PMII IAINU Kebumen perlu membangun kembali tradisi diskusi dan kajian yang mendalam. PMII masa lalu berjaya karena memiliki tradisi intelektual yang kuat. Tradisi itu kini harus dihidupkan kembali dengan inovasi-inovasi baru yang relevan dengan tantangan zaman. Era digital menuntut kader PMII tidak hanya bergerak di ruang-ruang fisik, tetapi juga di ruang digital.
Lebih jauh, refleksi juga harus menyentuh aspek hubungan eksternal. PMII IAINU Kebumen harus mereposisi dirinya di tengah dinamika sosial, politik, dan keagamaan lokal. Hubungan sinergis dengan kampus, ormas, dan pemerintah daerah harus dibangun dengan pendekatan yang konstruktif dan kolaboratif.
Akhirnya, refleksi yang diikuti dengan aksi nyata adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan PMII IAINU Kebumen dari ancaman keterpinggiran. Sebagaimana kata Jürgen Habermas dalam The Theory of Communicative Action (1984), dialog yang terbuka dan rasional adalah fondasi dari revitalisasi komunitas. Maka sudah saatnya PMII IAINU Kebumen membuka ruang-ruang dialog dan partisipasi kader untuk menyusun kembali visi, misi, dan langkah strategis organisasi.
PMII IAINU Kebumen masih memiliki kesempatan untuk bangkit dan kembali menjadi motor perubahan di tengah masyarakat. Namun kesempatan itu hanya akan terwujud jika refleksi dilakukan sekarang, bukan nanti. Waktu adalah musuh bagi organisasi yang menunda perubahan.

Post a Comment