Umat Islam Nusantara dalam hal seni tidak pernah menjadi pemimpin. Kesenian yang dimiliki sangat sederhana. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab. Pertama, pendatang umat Islam yang mencari keselamatan dari kehancuran wilayah Timur Tengah yang merupakan akibat dari arus balik kehancuran Baghdad. Kedua, adanya peradaban asli pengaruh Hindu-Budha yang mengakar kuat di Jawa.
Ketiga, mayoritas umat Islam yang datang ke Indonesia adalah pedagang yang orientasinya datang sementara untuk mencari laba. Keempat, kedatangan bangsa Barat yang memusuhi umat Islam. Kelima, corak Islam yang datang ke Indonesia adalah Islam tasawuf dimana aspek rohani lebih dominan. Keenam, Nusantara merupakan jalur perdagangan internasional sehingga perdagangan diunggulkan dari kesenian. Ketujuh, adanya asimilasi yang membuat seni Islam tidak sehebat seni di negara Islam yang lain.
Berikut kesenian-kesenian Islam yang ada di Indonesia.
1. Batu Nisan
Batu nisan merupakan kesenian islam yang mula-mula masuk ke indonesia. Hal ini ditandai dengan batu nisan makam Sultan Malik Saleh yang wafat tahun 1292. Batunya terdiri dari pualam putih diukur dengan tulisan arab berisikan ayat al-Quran dan keterangan tentang orang yang dimakamkan.
Bentuk makan apa permulaan masuknya Islam menjadi jarak tempuh model bagi makam Islam kemudian, yang sebelum Islam datang jenazah hanya dibakar dan abunya dibuang ke laut.
Nissan didatangkan dari gujarat dengan bentuk badan kapal terbalik. Kemudian, kebudayaan setempat mempengaruhi bentuk nisan. Kebudayaan nisan pada akhirnya tidak berkembang lebih lanjut.
2. Arsitektur
Dalam hal arsitektur hunter tidak ada bangunan islam yang menunjukkan keagungan islam secara of dengan bangunan bersejarah di negara islam lain. Dengan kata lain indonesia tidak memiliki satu corak tersendiri yang meskipun islam sudah lebih 5 abad di indonesia.
Namun secara garis besar ada dua jarak yaitu asli dan baru.
Aspek seni bangunan Islam terlihat pada bangunan masjid, dimana bentuk awal masjid di Indonesia banyak dipengaruhi bangunan Hindu, misalnya Demak, Kudus, Cirebon, dan Ampel. Di masjid-masjid itulah para wali mengajarkan agama Islam. Adapun ciri model seni bangunan lama yang merupakan peniruan seni Hindu-Budha yaitu:
a. Atap tumpang, yaitu atap yang tersusun semakin ke atas makin kecil dan paling atas biasanya semacam mahkota. Jumlah bilangan atap adalah ganjil, kebanyakan tiga atau lima. Atap tumpang dapat dijumpai pada upacara Ngaben di Bali atau relief candi Jawa Timur.
b. Tidak ada menara pemberitahuan waktu sholat dilakukan dengan memukul bedug. Diantara banyaknya masjid tertua hanya masih Kudus dan Banten yang memiliki menara.
c. Masjid-masjid tua yang dibangun di dekat istana seperti di Jogja dan Solo memiliki letak yang tetap. Di sepan istana selalu ada lapangan besar dengan pohon beringin kembar, sedangkan masjid terletak di tepi barat lapangan. Di belakang masjid terdapat makam-makam. Rangkaian masjid dan makam tersebut merupakan kelanjutan dari fungsi candi zaman Hindu-Budha.
Selain unsur Hindu-Budha, ada pula pengaruh daerah yang kebanyakan hanya menambah keindahan, contohnya masjid Minangkabau yang mendapat pengaruh rumah gadang.
Pada corak baru, jumlah atap masih tumpang dua, yang ketiga diganti dengan kubah peniruan masjid India. Tahap selanjutnya, atap tumpang ditinggalkan dan ciri masjid menjadi kubah, seperti masjid Kutaraja yang didirikan oleh Belanda tahun 1828. Ada juga yang terpengaruh Ottoman Style (Byzantium) pada masjid Istiqlal yang bentuk kubahnya setengah lingkaran ditopang pilar-pilar yang tinggi besar. Terakhir, bentuk masjid dengan kusen merancing meniru gaya India, seperti masjid al-Tiendi Taman Mini Indonesia Indah.
3. Seni Sastra
Bidang sastra Islam di Indonesia dipengaruhi oleh Persia antara lain buku-buku yang disadur kedalam bahasa Indonesia seperti kalilah wa dimnah, Bayam, Abu Nawas dan Kisah 1001 Malam yang dinamakan hikayat. Kesusastraan lainnya adalah syair, diantara yang terkenal yaitu syair sufi karangan Hamzah Fansuri seperti Syair Perahu.
Di Indonesia, kaligrafi Arab yang merupakan bagian dari seni kuat tidak begitu menonjol dan penggunaannya hanya untuk mengukir nama serta ayat Al-Qur'an pada makam.
Muncul juga seni tari dan seni musik. Di Aceh misalnya ada tari Saman, di Banjarmasin ada tari Samroh, di Jawa ada pertunjukan wayang—gabungan seni Islam dan Hindu-Indonesia.
Ada kesusastraan yang mempunyai sifat tersendiri yang disebut suluk. Suluk adalah kitab yang berisi ajaran tasawuf. Juga ada primbon yaitu kitab yang berisi ramalan-ramalan, penentuan hari baik dan buruk, serta pemberian makna pada suatu kejadian.
4. Seni Ukir
Mengenai seni ukir terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, ada yang melarang, ada pula yang membolehkan dengan ketentuan tidak menyerupai makhluk bernyawa.
Jika ditarik ke belakang, pada masa Nabi Muhammad masih hidup, banyak bekas reruntuhan arca sesembahan nenek moyang bangsa Arab, arca tersebut berupa tokoh-tokoh seperti Latta, Uzza, dan Manat. Apabila kepercayaan politeisme itu tidak dihancurkan, akan membahayakan sendi-sendi tauhid para muallaf. Namun, ketika hakikat tauhid telah mendarah daging, tidak ada alasan kuat atas pelarangan tersebut, terlebih di abad ke-20 untuk keperluan ilmu pengetahuan dan sejarah.
Ketika Islam datang ke Indonesia, terutama di Jawa, ada kehati-hatian dari penyiar agama. Banyak candi besar seperti candi Borobudur yang semula ditimbun tanah kemudian pada zaman Belanda ditemukan dan digali kembali, hal itu supaya tidak mengganggu para mualaf.
Pelarangan juga berlaku pada masjid-masjid yaitu hanya tulisan-tulisan yang mengingatkan manusia pada Allah dan nabi yang diperbolehkan. Namun ada salah satu masjid yang dihiasi dengan ukiran-ukiran, contohnya masjid Meantingan dekat Jepara berupa pigura yang dipasangkan pada tembok-tembok masjid.
Pada makam juga dipenuhi hiasan baik pada jirat, nisan, tiang-tiang cungkup dan lain-lain. Jirat dihiasi dengan bingkai seperti bingkai cani atau nisan yang dibuat dari batu atau kayu kemudian diukir. Di Troloyo, Sulawesi Selatan batu nisan menjadi hasil kesenian tersendiri, baik dari bentuk atau ukurannya.
Post a Comment